MATARAM - Reportase7.com
Adalah Doktor Sri Susanty, SST. Par, M.Par, asal Bima, menjadi perempuan pertama yang menyandang gelar doktor bidang pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB). Perempuan kelahiran 1 Februari 1977 ini berhak menyandang gelar doktor usai mengikuti sidang terbuka di auditorium STP Mataram pada Kamis 13 Januari 2022.
Sri Susanty, menjadi perempuan pertama di NTB yang menyandang gelar doktor bidang pariwisata. Fantastiknya, Santy--sapaan akarabnya--menutup jenjang pendidikan terakhirnya (S-3) setelah melalui pendidikan tingginya secara linier. Sri Susanty, menyandang gelar doktor bidang pemberdayaan perempuan setelah menyelesaikan desertasinya tentang pramuwisata perempuan.
"Banyak air mata keluar dan darah yang tumpah, sampai akhirnya saya bisa menyelesaikan jenjang pendidikan terakhir saya ini. Dan saya sangat berterimakasih kepada keluarga besar saya, khususnya suami saya yang telah memberikan support yang luar biasa dalam tiga setengah tahun terakhir ini," ungkap Santy usai mengikuti sidang terbuka gelar doktornya haru.
Sesekali Santy menyeka air matanya yang tiba-tiba keluar. Seluruh keluarga, kolega, rekan kerja dan sahabat-sahabatnya hadir memberi ucapan selamat. Bangga dan terharu karena setelah melalui berbagai rintangan dan perjuangan, doa orang-orang di sekelilingnya, Santy berhasil menyelesaikan pendidikan terakhirnya.
Dengan ilmu yang dimilikinya, Santy bertekad menciptakan inovasi pemberdayaan perempuan NTB, bidang pengembangan pariwisata Lombok Sumbawa. Sebagai langkah awal istri dari Ikhwan MM ini, ingin segera menginisiasi asosiasi pramuwisata perempuan. Jika sudah terbentuk, tidak mustahil asosiasi ini akan menjadi asosiasi pramuwisata perempuan pertama di Indonesia, bahkan dunia.
"Kehadiran asosiasi pramuwisata ini, akan memberi dampak positif bagi pariwisata NTB, secara branding, ekonomi maupun politis. Dari aspek sosial dan ekonomi juga akan banyak memberi nilai positif," imbuh Santy tak henti-hentinya menebar senyum kebahagiaan.
Untuk mengaktualisasikan ide ini, lanjut perempuan pemilik satu anak ini, tentu tidak mudah. Tantangannya pasti ada. Karena image perempuan di mata masyarakat tentu banyak perbedaan. Terlebih status pramuwisata perempuan. Tantangan dan tuntutan kerja seorang perempuan di dunia pariwisata, sebagian kalangan banyak mencitrakan negatif.
"Tapi inilah tantangannya. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Nah, untuk menjawab semua persoalan dan tantangan itu, saya harus bisa memberi jalan keluar. Saya harus bisa menjawab semua pertanyaan masyarakat yang memberi label 'negatif' terhadap profesi ini," jelas Santy berimajinasi.
Santy, dalam dunia industri pariwisata NTB, telah banyak berkiprah dan berkontribusi dalam pengembangan desa wisata di Lombok Sumbawa. Sebut saja desa wisata Tetebatu, Bonjeruk dan Batu Kumbung di Lombok. Menariknya, di lapangan, Santy, selalu menunjukkan aktivitas yang energik sembari memberi tauladan, walaupun perempuan namun semangat untuk terus maju adalah prinsip hidup sukses.
Pewarta : Hadi
Editor : R7-02
0Komentar