Mataram - Reportase7.com




Gerakan Masyarakat Pembela Aswaja (GEMPA) Lombok Timur menggelar Aksi Damai (Demonstrasi) di depan Kantor Gubernuran NTB, Jalan Pejanggik, Mataram, Kamis (03/02/2022).

Aksi tersebut melibatkan kurang lebih 1000 massa dari Kabupaten Lombok Timur dalam rangka penyampaian aspirasi masyarakat Lombok Timur terkait beredarnya faham-faham yang bertentangan dengan ahli Sunnah (Ahlussunah) Wal Jama'ah atau bertentangan dengan ajaran Islam sesungguhnya yang dilakukan oleh kelompok atau golongan tertentu melalui yayasa-yayasan Salafi, Wahabi dan As-sunah yang berada di pulau Lombok.

Kordinator Lapangan (Korlap) GEMPA Muhammad Zaini menyampaikan, dalam orasinya saat rombongan pengunjuk rasa tiba di depan gerbang Kantor Gubernur siang ini.


Dalam penyampaiannya Korlap menyebutkan ada 5 tuntutan yang disampaikan kepada pemerintah NTB dalam hal ini Gubernur dan wakil Gubernur NTB yaitu :
Pertama: Narasi yang dibawakan Da'i-Da'i Salafi, Wahabi, dan As-sunah yang telah beredar selama ini sering menimbulkan ujaran kebencian dan dapat berpotensi memecah belah Kerukunan Umat Beragama dan NKRI.

Kedua: Bahwa Salafi, Wahabi dan As-sunah tidak sesuai dengan tradisi adat istiadat dan budaya masyarakat Indonesia khususnya Lombok dan kerap menimbulkan keresahan .

Ketiga: Menilai bahwa Salafi, Wahabi dan As-sunah tidak sesuai dengan Ahlussunah Wal Jama'ah yang disampaikan mayoritas Dai Ahlussunah Wal Jama'ah khususnya di Lombok.

Empat: Cendrung dapat memantik kebencian bagi mayoritas muslim yang basisnya Ahlussunah Wal Jama'ah. Dan yang terakhir kelima, memperhatikan bahwa Ahlussunah Wal Jama'ah sangat perlu kita jaga dan kawal bersama.

Dikatakan korlap, pada dasarnya kami tidak anti pengajian, Tabliqh maupun Dak'wah yang dilaksanakan oleh siapapun atau golongan manapun baik itu di lapangan atau dimanapun. Akan tetapi kami sangat keberatan keras dengan narasi-narasi Da'i dari Salafi/Wahabi/As-sunah selama ini, karena kuatir dampaknya akan berpotensi merusak moral para pelajar dan menjadi bibit dari intoleran maupun radikalisme di Lombok.

"Maka saat ini kami datang untuk meminta pemerintah dalam hal ini Gubernur turun tangan untuk membubarkan kelompok Salafi, Wahabi dan As-sunah di Lombok ini,"pungkasnya, sembari di iyakan oleh para pendemo menandakan setuju.


Sementara itu salah seorang orator GEMPA Ustadz Asraruddin dalam orasinya bahwa ajaran As-sunah, Wahabi dan salafi itu ajaran Syetan, ajaran yang mengajarkan orang-orang untuk saling bermusuhan, serta menunjukan perilaku yang tidak saling menghargai antar golongan dan bahkan cenderung bertindak menghina kaum atau golongan lain, sehingga kami atas nama GEMPA menuntut Gubernur, Wakil Gubernur dan seluruh Staf nya untuk mbubarkan atau bahkan usir dari Pulau Lombok golongan Wahabi, Salafi dan As-sunah tersebut.

"Jadi bila Gubernur NTB ini tidak bisa mengusir kelompok tersebut maka kami siap Memulangkan atau mengusir Gubernur NTB ini dari pulau Lombok," ujar orator.

Menurut ustadz, pemerintah harus bisa melakukan tindakan pembubaran kepada kelompok Salafi, Wahabi dan As-sunah karena sudah sangat meresahkan masyarakat, dan bila ini dibiarkan maka bisa dipastikan terjadi pertumpahan darah.

Sebelum dilanjutkan dengan orator berikutnya, pihak Gubernur akhirnya menyetujui untuk menerima masuk perwakilan Pendemo (Aksi Damai) sebanyak 10 orang. Namun hingga berita ini di turunkan hasil hering perwakilan Aksi dengan Gubernur belum bisa di terima karena masih sedang berlangsung.

Berdasarkan hasil pantauan kami aksi demo berlangsung tertib, aman dan tanpa aksi-aksi brutal. Sedangkan para pengamanan dari kepolisian terlihat biasa saja, tak ada ketegangan, tak ada saling dorong, semua berlangsung dengan damai.


Pewarta : YD
Editor : R7 - 01