Mataram - Reportase7.com


Kain tenun menjadi salah satu hasil kerajinan tangan khas Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang terpelihara secara turun temurun hingga saat ini.

Para wanita dari suku Sasak, yang merupakan suku asli pulau Lombok, telah menenun sejak zaman dahulu kala.

Mengunjungi tempat sentra Tenun yang berlokasi di dusun Gunung Malang, Desa Taman Ayu, Kabupaten Lombok Barat. Disana langsung bertemu dan bercengkrama  dengan para penenun. (12/01/2023)

Kemampuan menenun menjadi tradisi para perempuan di Desa tersebut. Sehingga tak heran jika pulau Lombok memiliki banyak sekali motif kain tenun yang unik dan indah.

Mutmaini asal dusun Gunung Malang yang dari gadis suka menenun. Dia katakan ada 2 motif yang saat ini menjadi trend tenun Lombok. Namanya motif Jogang dan Selingkuh, motif ini sangat digandrungi oleh pera pecinta tenun terutama dikalangan para remaja.

"Mendengar nama motif Selingkuh ini, yang terbayang tentu saja aksi pengkhiatan kepada pasangan," ujar Mutmaini.

Melihat kain tenun dengan motif selingkuh, seperti melihat bunga-bunga beraneka warna. Beberapa wana kain dipadu-padankan. Indah juga mengawinkan beberapa motif ke dalam selembar kain tenun. Diantaranya motif seroja, motif selaparang rebong, motif siku-siku, motif aluk, motif cakar, motif bulan dan motif bugis.

"Biasanya, enam motif, bahkan sepuluh motif bisa masuk. menyatu menjadi kain tenun motif selingkuh," terang Mutmaini.

Larisnya tenun motif ini,
terbukti saat para pendamping dan Ibu-ibu pemerhati penggemar tenun dari rombongan Dekranasda NTB yang datang, Rabu (11/01) langsung memborong habis.

Pada kain tenun, ada puluhan jenis motif. Tapi untuk motif selingkuh, dilakukan pengawinan motif dalam  satu wadah kain

Nama motif selingkuh karena populernya ungkapan selingkuh. Baik kepada pasangan, bahkan kepada teman.

Kain tenun motif selingkuh ini, sama seperti kain-kein tenun umumnya yang dibuat sepanjang 4 meter lebih. Dengan lebar 65 cm.

Selembar kain, dijual seharga Rp 600 ribu. Jika dikombinasikan dengan kain lain, satu kain motif selingkuh bisa menghasilkan empat atau lima baju.

"Kain tenun motif selingkuh ini pembelinya se-populer namanya," terangnya.

Pembeli lebih tertarik karena warna – warninya, selain itu, dalam satu kain bisa mendapatkan beragam motif. Berbeda kalau membeli kain dengan motif tertentu, yang didapat hanya satu motif

Banyaknya motif agar kain tenun menjadi kain tradisional namun tak meninggalkan nunsa modern. Dari motif-motif itulah, sejarah, atau kearifan lokal ditampilkan.

Misalnya motif tunjung, yang bermakna lumbung atau tempat penyimpanan hasil penen. Ada juga selaparang rebong yang terinspirasi dari perjuangan raja Selaparang mempertahankan Lombok dari penjajahan.

Ditempat yang sama, Nur Aziziyah seorang Ibu muda  yang suka menenun sejak tahun 2014  berasal dari Desa Taman Ayu Lombok Barat. Nur menyampaikan komitmennya untuk bisa ikut memajukan tenun lokal dan berharap mendapatkan pembinaan. Sehingga. kedepan tenunnya bisa menjadi trend fashion Indonesia bahkan mendunia.

“Karena NTB ini memiliki kekayaan tenun atau songket yang kaya, ini dapat menginspirasi dan menginovasi untuk tren fashion asal kami terus dapat pembinaan dan sering dikunjungi guna jadi penyemangat kami,"  ucap Nur penuh harap.


Sementara itu Ketua Dekranasda NTB, Niken Saptarini Zulkieflimansyah  meminta kepada designer dan pengrajin NTB untuk mengikuti tren fashion karena hal ini yang bisa memenangkan persaingan di pasar. Hal ini disampaikannya  pada kunjungan ke sentra Tenun Lombok Barat, Rabu (11/01)

“Saat ini pasar selalu melihat tren,  untuk  memenuhi keinginan pasar  seperti model fashion dari produk yang dihasilkan perajin kain tenun harus bisa menyesuaikan,” pinta Bunda Niken sapaan Ketua Dekranasda NTB.

Apalagi NTB memiliki potensi kekayaan warisan budaya yang berlimpah. Mulai dari tenun, sarung, songket, yang dirancang menjadi fashion.

“Seperti model pakaian, tas, sepatu, hijab dan banyak produk pernak-pernik lainnya,” jelas Ketua TP PKK NTB ini.

“Kita tidak ingin kekayaan budaya seperti tenun, hanya kita yang nikmati sendiri,  tapi harus lebih daripada itu, tenun ini dapat dipakai semua kalangan  bahkan dunia. Yang terpenting akan menjadi warisan anak dan cucu kita selanjutnya,” tutupnya.

Pewarta: Red
Editor: R7 - 01