(Foto: Korban penembakan oleh oknum aparat di Sumbawa Barat Rahli Ramdani di lokasi hutan lindung terkait aksi portal tambang ilegal)
Sumbawa Barat - Reportase7.com
Kembali aksi Coboy oknum aparat keamanan di KSB memakan korban penembakan di lokasi tambang rakyat di lokasi hutan lindung di wilayah Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat. Korban saat itu sedang memasang portal agar tidak ada aktivitas penambangan yang di duga liar atau ilegal di lokasi tersebut.
Sebelumnya korban atas nama Ramli Ramdani telah menyampaikan kepada pemerintah Desa dan aparat penegak hukum agar kegiatan penambangan di lokasi hutang lindung di hentikan. Mengingat daerah tersebut sangat dekat dengan aliran sungai. Namun, teguran tersebut tidak di indahkan bahkan terpantau di lokasi kegiatan penambangan di wilayah hutan lindung mendapat bekingan atau dukungan dari pihak pemerintah Desa dan aparat keamanan.
Salah satu warga asal Desa Belo, Kecamatan Jereweh, harus dilarikan ke Puskesmas setempat sekitar pukul 10.00 WIB, akibat 3 peluru menembus kedua kakinya, Sabtu (24/6/2023) malam.
Kejadian berawal, saat korban melakukan aksi Portal atau penutupan akses keluar masuk perusahaan yang dinilai ilegal oleh masyarakat setempat.
"Sempat ada kendaraan jenis tangki masuk dengan membawa surat tugas suplai, sehingga portal-pun kami dibuka sembari memberikan peringatan, berselang lama, ada satu unit mobil yang ditumpangi oleh 6 orang berpakaian biasa langsung memeriksa hingga sempat adu mulut sampai tindakan adu jotos," ungkap Ramli Ramdani, di kediamannya saat dikonfirmasi media, Minggu (25/06).
Ramli alias Korban bercerita, dalam perkelahian tersebut, entah kapan terdengar suara tembakan 3 kali yang membuat rasa ngilu di bagian paha, betis dan telapak kaki.
"Dalam keadaan gelap saya mencoba berdiri dengan dibantu dahan kayu mengikuti para oknum aparat hingga semuanya menjauh dan kabur, diwaktu yang sama warga sekitar yang mendengar suara tembakan, seketika menuju arah suara. Yang tersisa satu orang anggota polisi asal Jereweh dan segera diamankan," terangnya.
Yang jelas lanjut Ramli, mereka ber enam adalah aparat hukum yang selalu ada di wilayah pertambangan, terdiri dari aparat TNI dan Polisi,
"Hanya saja saya tidak mengenali siapa pelaku penembakan, yang jelas ada saksi dari aparat kepolisian, yaitu polisi yang diamankan," katanya kembali.
Ia berharap agar penegak hukum dapat mengadili sesuai aturannya meskipun dia seorang anggota, karena yang masyarakat pahami adalah kepolisian hadir untuk mengayomi bukan malah anarkis.
"Kita bisa membenarkan suatu kejadian, yang apabila masyarakat masuk kategori pelanggaran hukum, nah saya tidak merasa melanggar hukum, saya dan kawan-kawan menuntut agar pertambangan dihentikan," pungkasnya.
Pewarta: Red
Editor: R7 - 01
0Komentar