(Foto: Ilustrasi Gunung Sangiang, sumber BPPD Provinsi NTB)


Bima - Reportase7.com

Banyak rahasia mengelilingi Gunung Sangiang di Kecamatan Wera, Kabupaten Bima. Mulai dari asal-usul penduduk, sejarah, hingga akar budaya masyarakatnya. Penduduk pulau Sangiang tidak mengakui diri mereka sebagai orang Wera yang ada di sebelahnya. Demikian pula dengan warga Sangiang Darat yang memiliki keyakinan sama.

Terletak di Kecamatan Wera, sekitar 10 mil atau 25 km dari daratan pulau Sumbawa, Gunung Sangiang masih jarang dikunjungi kecuali oleh warga Sangiang dan pemancing serta pemburu di sekitarnya.

Seperti halnya Rinjani dan Tambora, Gunung Sangiang juga merupakan gunung berapi aktif. Meski sering berstatus waspada, Masyarakat Sangiang tidak pernah khawatir karena mereka memiliki cara turun temurun untuk memprediksi letusan magma. (21/08/2023)

Asal-usul pemukiman di Gunung Sangiang tidak diketahui secara pasti. Namun, menurut cerita turun temurun, masyarakat telah tinggal di sana sejak zaman Ncuhi, yaitu sebelum Kerajaan Bima ada. Konon, penduduk Sangiang memiliki hubungan darah dengan penduduk Palue di lereng Gunung Rokatenda, Flores, NTT.

Warga Palue disebut Attapalue, sementara orang Sangiang menyebut diri mereka Attasangia. Sampai sekarang diakui bahwa penduduk Palue yang tinggal di lereng dan punggung Gunung Rokatenda di NTT adalah orang Sangiang asli. Mereka pergi ke Palue meninggalkan Sangiang karena menolak memeluk agama Islam dengan alasan takut takut di sunat.

Hal lain yang membuat masyarakatnya berbeda adalah pemberian gelar kehormatan. Kepala Suku di Sangiang tidak menyebut diri mereka sebagai Ncuhi, Galarang atau Punggawa yang lazim digunakan masyarakat Bima, tetapi justru menggunakan gelar Dallu yang biasa disematkan kepada kepala suku di Manggarai.

Mengutip tulisan dari Rangga Babuju, berikut 10 tempat menarik dengan kisah misteri yang menyelimuti Pulau Sangiang.

1. Uma Dallu
Rumah kepala suku atau pemuka masyarakat yang telah ada sejak awal tahun 1900-an. Konon rumah kepala suku ini masih bisa dijumpai hingga sekarang.

2. Prasasti Wadu Kahampa atau Batu Kesepakatan sebagai bukti bahwa Sultan pertama Bima pernah tinggal di Sangiang selama beberapa tahun pada sekitar tahun 1600-an

3. Wali Pidu
Masyarakat meyakini bahwa agama Islam pertama kali disebarkan ke Sangiang oleh wali pidu atau Wali Pitu dalam kepercayaan orang Manggarai. Dua diantara wali tersebut diyakini meninggal di Sangiang dan makamnya masih bisa ditemukan hingga sekarang. Uniknya meski berada di bawah pohon besar makam makam ini selalu bersih dan bahkan tak pernah dijatuhi oleh dedaunan.

4. Mata air OI PETO
Oi Peto adalah sebuah sumber mata air yang bila diminum airnya terasa manis. Konon air ini bersumber dari sebuah pohon peto berusia ribuan tahun yang berada di punggung gunung Sangiang. Menariknya, air di Oi Peto akan mengering di saat musim hujan dan akan mengalir deras pada saat musim kemarau. Fenomena ini membuat banyak orang meyakini kalau Oi Peto bisa membuat awet muda dan bagus digunakan sebagai air mantra mencari jodoh.

5. Toro Jara atau Oi Nono Jara
Terletak 25 km dari pusat perkampungan di sisi tenggara gunung Sangiang terdapat banyak sumber air tawar yang hanya berjarak 2 - 5 meter dari bibir pantai.

6. So Sempaseda - Kawasan Terlarang di Gunung Sangiang

Terletak di punggung gunung Sangiang sebelah utara, So Sempaseda adalah kawasan yang paling dihindari oleh penduduk setempat. Mereka meyakini kawasan ini sebagai pusat panas bumi.

Di kawasan So Sempaseda ini kita bisa melihat langsung sungai sungai yang mengalirkan air berisi uap panas yang diyakini bersumber dari Doro Api di puncak gunung Sangiang bagian timur.

7. Sori Belanda
Sebuah sungai yang berada sekitar 3 km sebelah tenggara Gunung Sangiang, konon di sungai ini pernah terdampar sebuah kapal Belanda sehingga disebut Sori Belanda.

Pada sore hari menjelang matahari terbenam, terjadi fenomena menarik di Sori Belanda. Biasanya mendekati  senja, kita bisa melihat puluhan hingga ratusan ribu kelelawar keluar dari sarangnya dan berterbangan menutupi langit di sekitarnya.

8. Surga pemancing dan penyelam.

Secara keseluruhan, wilayah Gunung Sangiang dianggap surga oleh para pemancing dan juga penyelam.

Tidak hanya terkenal karena keindahan alam bawah lautnya dengan ragam terumbu karang yang unik, ikan ikan yang hidup di dalamnya juga sangat unik. Misalnya; di perairan Oi Peto terdapat banyak ikan kerapu sehingga warga menamainya Uma Karapu, perairan Gus Wala terkenal dengan ikan Sunu dan Kakap ekor merah, sedangkan Oi Kalo terkenal dengan spesies Baronarang atau Uta Sancara dalam Bahasa Bima.

9. Istana Menjangan
Sejak zaman dahulu, Pulau Sangiang telah menjadi salah satu tujuan berburu warga Bima dan sekitarnya. Konon jumlah menjangan atau Rusa di pulau Sangiang melebihi jumlah yang ada di seputaran Gunung Tambora.

Tentunya hal ini jangan dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem di pulau Sangiang.

10. Burung Cendrawasih
Ternyata tidak hanya di Papua, Burung unik yang kerap dijuluki the bird of paradise (burung surga) ini juga pernah ditemukan di punggungan utara gunung Sangiang.

Menuju Pulau Sangiang:
Kota Bima - Kecamatan Wera - Kecamatan Ambalawi - Sangiang Darat - Naik perahu menuju pulau Sangiang.

Pewarta: Red/Rangga
Editor: R7 - 01