Oleh: Ni Putu Virgi Eka Ayu Rasta
Ketua PD KMHDI NTB
Telah berlangsung pawai ogoh-ogoh yang dilaksanakan pada hari minggu, 10 Maret 2024 di Kota Mataram dengan jumlah ogoh-ogoh sebanyak 103.
Kata ogoh-ogoh berasal dari bahasa Bali "ogah-ogah" yang artinya sesuatu yang digoyangkan.
Makna ogoh-ogoh mencerminkan sifat manusia yang negatif. Ogoh-Ogoh juga mengandung makna untuk mengekspresikan nilai-nilai religius dan ruang-waktu sakral berdasarkan sastra-sastra agama.
Selain itu, ogoh-ogoh merupakan karya kreatif yang disalurkan melalui ekspresi keindahan dan kebersamaan.
Pengarakan ogoh-ogoh diharapkan dapat menyerap energi negatif dari sifat manusia yang ada di lingkungan sekitarnya dan kemudian akan dibakar untuk menghilangkan sifat negatif tersebut.
Pada tanggal 6 Maret 2024 telah dilaksanakan Melasti untuk pertama kalinya di tempat pembuangan abu umat Hindu yang telah diresmikan oleh Walikota Mataram H. Mohan Roliskana, S.Sos., MH.
Melasti dilaksanakan sebagai upaya untuk membersihkan Bhuana Alit. Kemudian upacara Tawur Kesanga dilaksanakan setelah pawai ogoh-ogoh yang bertujuan untuk membersihkan Bhuana Agung atau alam semesta.
Kemudian setelah ogoh-ogoh akan dilaksanakan Nyepi di tanggal 11 Maret 2024 oleh umat Hindu dengan melakukan Catur Brata Penyepian yaitu Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan dan Amati Lelanguan.
Setelah Nyepi akan dilaksanakan Ngembak Geni yang mana umat Hindu melaksanakan acara saling mengunjungi keluarga/kerabat, teman dekat, teman seprofesi, dan yang lainnya untuk saling memaafkan atas segala kekhilafan dan kesalahn yang telah atau mungkin terjadi sebelumnya.
Momentum Nyepi tahun 2024 ini menjadi sangat unik dan penuh keistimewaan. Khususnya di Kota Mataram, pawai ogoh-ogoh dilaksanakan sampai jam 4 sore dan akan dilanjutkan dengan tarawih oleh umat Islam.
Hari Nyepi bersamaan dengan hari pertama puasa untuk umat Islam. Moment yang bersamaan ini tentu menjadi momentum untuk membina kerukunan, saling menghormati, menjaga dan menghargai satu sama lain.
Selain itu kedua momentum tersebut juga dibarengi dengan momentum Pemilu yang masih berlangsung hingga kini.
Pungut hitung telah usai, dan hingga tanggal 10 Maret 2024 tengah berlangsung pleno rekapitulasi suara dari seluruh kabupaten/kota oleh KPU NTB.
Berbagai isu mulai kepemiluan mulai mencuat sejak pungut hitung hingga pelaksanaan pleno rekapitulasi dari kecamatan, kabupaten/kota maupun ke provinsi. Mulai dari kekurangan logistik, surat suara tertukar, si Rekap yang down, politik indetitas, polarisasi hingga PSU yang cukup menguras tenaga dan emosi.
Bertemunya Nyepi dengan salah satu proses pemilu ini menjadi salah satu refleksi khususnya untuk umat Hindu setelah melalui proses demokrasi.
Amati Geni dengan mengendalikan api yang ada di dalam diri khususnya amarah sesama penyelenggara, peserta pemilu maupun masyarakat.
Amati Karya dengan menghentikan sejenak aktivitas maupun pikiran tentang jumlah suara dan lebih mendekatkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Amati Lelungan dengan tidak berpergian, umat Hindu diharapkan dapat menenangkan pikiran kalut selama pemilu dan mencapai tingkat introspeksi yang lebih dalam.
Terakhir, Amati Lelanguan yaitu umat Hindu juga dilarang untuk bersenang-senang atau melakukan hiburan apapun dengan tujuan untuk mengarahkan fokus pada pencarian spiritual dan kontemplasi pribadi.
Nyepi pada saat ini lebih tepatnya dapat di katakan untuk mulat sarira terhadap apa yang sudah kita lalui sebagai upaya menentukan pemimpin bangsa ini 5 tahun ke depan.
Dengan pelaksanaan hari raya yang setahun sekali ini, proses refleksinya dapat meningkatkan rasa kelegowoan dalam menerima hasil pemilu, kesadaran untuk terus mengawal pemimpin yang mendapatkan amanah nanti dan terus menjaga kerukunan agar tidak mudah tersulut oleh kelompok yang berkepentingan memecah belah umat.
Selamat hari raya Nyepi tahun baru Caka 1946 untuk umat sedharma.
Selamat menunaikan ibadah Puasa untuk saudaraku umat Muslim.
0Komentar