Peresean, Bukan Tarian Biasa dan Lebih Dari Sekedar Pertarungan

Lombok Tengah - Reportase7.com
Peresean merupakan kesenian budaya sasak, bukan tarian biasa atau lebih dari sekedar pertarungan. Tetapi bukan pula sebagai bentuk permusuhan. Peresean, memiliki makna yang lebih mendalam dalam sejarah budaya masyarakat Lombok.

Merupakan warisan tradisi yang masih hidup di kalangan masyarakat Sasak, Peresean memegang peran penting dalam sejumlah ritual adat Suku Sasak, Lombok.

Pada awalnya, Peresean diadakan sebagai bagian dari ritual meminta hujan ketika kemarau panjang melanda. Dimana untuk menyukseskan ritual tersebut diperlukan pepadu  untuk bertarung peresean. Pepadu  yang akan berlaga dalam ritual tersebut biasanya adalah orang-orang pilihan yang mewakili dusun atau desa masing masing.

Dengan bersenjatakan sebuah cambuk dari rotan (pecut) dan tameng yang terbuat dari kulit kerbau (ende), para pemuda pilihan tersebut akan beradu ketangkasan saling mencambuk hingga salah satu dari mereka menyatakan kalah atau mengeluarkan darah. Tetesan darah dari petarung (pepadu) yang jatuh ke tanah tersebut adalah mantra untuk memanggil hujan. Sekaligus sebagai tanda keberhasilan dari ritual yang diadakan.

Sebelum bertarung, para pepadu biasanya akan dibekali juga dengan doa (jampi), dibalur dengan minyak khusus dan sebelum mulai mengangkat senjata, mereka terlebih dahulu akan menari mengikuti irama gendang sebagai penyemangat.

Tidak jauh berbeda dengan petarung tradisi lainnya seperti Muay Thai, Kungfu, atau Pencak Silat yang kerap menjadi idola, pepadu peresean juga biasanya mendapatkan rekognisi serupa dalam masyarakat.

Kini, fungsi Peresean sedikit berubah. Peresean sering dijadikan pertunjukan dalam upacara adat, tarian penyambut tamu, atau ajang pembuktian kematangan seorang pemuda Sasak dalam melindungi calon pasangannya.

Pewarta: Red
Editor: R7 - 01