Ahmad Efendi
Pemerhati sosial-politik, Staf Pengajar pada Jurusan Sosiologi Agama UIN Mataram
Mataram - Reportase7.com
98 persen masyarakat NWDI menghendaki Ummi Rohmi untuk menjadi calon Gubernur. Hal ini seperti yang diberitakan salah satu media (lombok.inews.id) di NTB baru-baru ini. Artinya harapan untuk melihat Ummi Rohmi menjadi nomor 1 bagi masyarakat NWDI sangat besar.
Gambaran lain dari 98 persen masyarakat NWDI agar Ummi Rohmi menjadi nomor 1 dalam gelaran pilkada gubernur 2024 sebagai indikasi bahwa kepemimpinan perempuan sudah mendapatkan keberterimaan yang cukup tinggi di masyarakat. Fenomena demikian tentunya menjadi hal yang menggembirakan, karena masyarakat telah berada pada fase dinamis. Tidak lagi kaku dalam melihat dialektika sosial-politik yang tengah berkembang.
Fakta 98 persen masyarakat NWDI menginginkan Ummi Rohmi untuk maju menjadi calon Gubernur bisa menjadi modal sosial untuk melangkah lebih jauh. Bayangkan jika seandainya masyarakat NWDI terpecah dengan ada yang setuju dan tidak setuju dengan Ummi Rohmi sebagai bakal calon gubernur. Tentunya akan menjadi masalah untuk bisa melangkah lebih lanjut. Bagaimana mungkin mau mengkapitalisasi suara masyarkat NTB yang lebih besar jika di dalam masyarakat NWDI sendiri masih terbagi sikapnya.
Oleh karena itu, dengan adanya sikap masyarakat NWDI yang 98 persen menghendaki Ummi Rohmi untuk maju menjadi bakal calon gubernur dapat menjadi sinyal positif bagi masyarakat NTB untuk mendapatkan sugesti positif pula guna mendukung Ummi Rohmi . Dengan adanya animo masyarkat NWDI yang berkehendak dapat menjadi lokomotif masyarakat NTB untuk juga bergerak mengikuti barisan yang menghendaki Ummi Rohmi menjadi nomer 1 NTB. Apalagi di zaman android saat ini jumlah follower yang banyak dapat memberikan bargaining position untuk mendapatkan dukungan yang lebih besar lagi bagi tokoh untuk mencapai tujuan-tujuannya.
Fakta Sosial
Dalam Sosiologi dikenal adanya paradigma fakta sosial seperti Norma dan nilai yang biasanya disandarkan pada kitab suci pada konteks ini yang kemudian menjadi acuan perbuatan masyarakat. Turunannya bakti pada orang tua dan guru merupakan harga mati. Apalagi pada organisasi sosial keagamaan seperti NWDI yang bersifat tradisional maka sudah dipastikan ketaatan pada orang tua dan guru merupakan ketaatan satu paket.
Dari sinilah muncul jargon "sami'na wa ato'na" di mana kata, nasehat dan fatwa guru (Tuan Guru) dapat memberikan batasan-batasan terhadap apa yang hendak dilakukan dalam menghadapi berbagai macam persoalan. Baik itu persoalan dunia maupun akhirat, masyarkat harus mendengar dan mentaati Tuan Guru.
Dari sinilah kemudian masyarakat NWDI dengan mudah mendapatkan inspirasi ketika Ummi Rohmi memperlihatkan isyarat untuk menjadi bakal calon gubernur, semua masyarkat internal NWDI pun tumpah ruah mendukungnya. Dalam kata lain masyarakat NWDI langsung mendambakan Ummi Rohmi kelak harus bisa mewujudkan mimpi nya sebagai Gubernur NTB.
Sikap masyarkat NWDI yang bernada berirama seiring dengan nasehat para Tuan Guru pada gilirannya menjadi sesuatu yang seksi bagi asosiasi sosial eksternal. Kelompok-kelompok masyarkat bisa dengan mudah mau berasosiasi dengan Masyarakat NWDI, karena tentu apa yang sudah ada (ikatan kohesi masyarkat NWDI) merupakan entitas riil untuk dijadikan kawan koalisi.
Jadi di luar eksistensi partai politik yang ikatannya lebih kental adonan kepentingannya, Ummi Rohmi sudah mempunyai modal dasar yang solid. Dengan demikian baik asosiasi berdasarkan jaringan partai maupun jaringan berdasarkan organisasi sosial lainya akan dapat relatif mudah untuk bergabung menciptakan arus besar mengantarkan Ummi Rohmi menjadi NTB 1
Apalagi TGB. KH. Zainul Majdi pernah menyampaikan dalam suatu kesempatan bahwa NWDI dan NW, keduanya ibarat dua sayap burung. Keduanya harus kuat guna tetap bisa melanjutkan visi misi pendirinya Maulana Syeikh Tuan Guru KH Zanuddin Abdul Majid. Pada posisi ini komunikasi TGB. KH. Zainul Majdi dapat menjadi inspirasi bagi memikat masyarakat "massa mengambang" untuk bersimpati pada perjuangan Maulana Syeikh dahulu kala, sehingga dapat menjadi tambahan besaran masyarkat yang mendukung Ummi Rohmi .
Bagaimana pun variabel untuk mendukung seorang tokoh bakal calon dapat berangkat dari berbagai preferensi. Bisa berangkat dari preferensi simpatisan, preferensi kultur, preferensi sebagai alumni dan lain sebagainya. Apalagi sejauh ini NWDI mempunyai citra pembangun intelektual masyarakat mengingat Pancor dapat dijadikan sebagai acuan asal membangun gerakan pertama kali Maulana Syeikh Tuan Guru KH. Zainuddin Abdul Majid semenjak masyarkat Lombok belum banyak mengenal ilmu pengetahuan.
Keberterimaan Perempuan
Baru-baru ini lembaga survei seperti Polram (Political Research Marketing) seperti diberitakan oleh media online massmedia.id tertanggal 11 Mei 2024, menemukan angka yang pantastis ketika mempertanyakan penerimaan masyarkat Lombok Barat terhadap bakal calon Bupati perempuan. Hasilnya 89 persen masyarakat Lobar menerima bakal calon perempuan untuk ikut gelaran pemilihan Bupati. 11 persen tidak setuju di mana 2.2 persen tidak setuju karena alasan agama dan tidak percaya sama kemampuan perempuan. Lalu 3.8 persen tidak menerima perempuan atas dasar stigma perempuan sebagai mahluk yang lemah.
Sementara itu lembaga survei seperti Nusra Institute mengumumkan hasil surveinya di mana bakal calon Bupati Hj. Sumiatun berada diurutan pertama dengan angka sebesar 15.9 persen keberterimaannya di masyarakat (NTB Satu.com 13 Mei 2024). Disusul Lalu Muhammad Zaini di urutan kedua, Nauval Furqoni Farinduan diurutan ketiga, Hj. Nurhidayah di posisi ke empat dan seterusnya.
Dari dua lembaga survei terdahulu dapat diambil simpulan bahwa keberterimaan pemimpin perempuan umumnya cukup tinggi. Walaupun itu skalanya di Kabupaten Lombok Barat, namun dari sini dapat dikatakan bahwa masyarakat sudah tidak statis di dalam menentukan pilihan. Masyarkat sudah rasional dan cerdas dalam menentukan pilihan politiknya.
Belum lagi lima tahun lalu ada Bupati yang terpilih di ujung timur NTB di mana Ibu Indah Damayanti Putri telah membuktikan dirinya sebagai yang diterima oleh masyarakat sebagai Bupati Kabupaten Bima. Dari uraian- uraian tulisan ini sejak awal dapat diyakini bahwa masyarakat NTB sudah berada pada fase yang cukup dinamis. Keberadaan perempuan sebagai pemimpin dapat diterima dengan mudah bergantung dari banyak variabel. Tidak bisa lagi memotret perempuan sebagai pemimpin dilihat dari satu variabel seperti perempuan adalah mahluk nomer dua dibandingkan laki-laki.
Dari sini diyakini bahwa keberterimaan masyarakat terhadap Ummi Rohmi akan terus menggelinding -membesar. Persoalannya saat ini adalah pada adanya kekuatan dari semua asosiasi politik untuk terus bergerak mensosialisasikan keberadaan Ummi Rohmi. Pada saat yang sama tentunya modal Ummi Rohmi memang juga tidak dapat dipandang sebelah mata. Baik itu modal sosial, modal pengalaman dan modal kelembagaannya di NWDI juga dipastikan dapat menunjang untuk memenangkan kontestasi di pemilu gubernur November 2024 mendatang.
0Komentar