(Foto: Majelis Adat Sasak (MAS) sekaligus Budayawan H. L. Sajim Sastrawan, SH., MH, dan Ketua FKUB NTB Dr. Buya Subki Sasaki)
Mataram - Reportase7.com
Sejumlah kalangan mengecam adanya penari telanjang di salah satu Cafe atau Club malam yang berada di bilangan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat. Praktek yang terjadi sangat tidak menjunjung nilai-nilai budaya, dimana masyarakat Lombok dikenal religius dengan mengedepankan adat dan budaya ketimuran.
Majelis Adat Sasak (MAS) sekaligus Budayawan H. L. Sajim Sastrawan, SH., MH, mengecam keras adanya praktek-praktek porno aksi yang di jadikan komersialisasi oleh salah satu pengelola Cafe atau Club malam di wilayah Senggigi. Hal itu menurutnya tidak mencerminkan adat budaya ketimuran masyarakat Lombok yang terkenal dengan kesantunannya dan keramahtamahan. (04/06/2024)
Dirinya menyebutkan apa yang terjadi di salah Cafe tersebut bukanlah budaya yang harus di agung-agungkan, karena itu dapat merusak generasi serta menciderai budaya kearifan lokal yang sudah terpelihara dengan baik.
"Jadi, tidak boleh ada anasir-anasir yang semacam itu. Bila itu terjadi, baik itu perhotelan, tempat hiburan malam dan senejis lainnya harus di hukum atau diberi tindakan tegas. Karena telah melakukan praktek porno aksi," ujar Miq Sajim sapaa akrabnya.
Kecaman yang dilontarkan oleh budayawan Lombok ini memberikan teguran keras agar Cafe atau Club yang menyediakan penari telanjang atau semacam porno aksi harus di berikan sangsi. Dalam hal ini pemerintah bersama APH harus segera menyelidiki dan mengevaluasi Cafe tersebut.
"Ini sangat menggangu adat ketimuran kita, menggangu adat sopan santun kita. Kita tidak boleh diam melihat budaya kita hancur, ini harus segera ditindaklanjuti," terang miq Sajim.
"Mestinya kalau hal ini diketahui oleh Polisi, tangkap saja. Karena ini bukan delik aduan, ini delik umum dan harus segera di proses hukum," sambungnya.
Ia menegaskan, praktek porno aksi yang terjadi di salah satu Cafe atau Club malam di Senggigi merupakan pidana yang harus segera di proses hukum, bila hal ini benar-benar terjadi kerena bukan menyangkut administrasi.
Miq Sajim meminta kepada Pemda Lombok Barat untuk mengevaluasi Cafe-cafe yang berada di wilayahnya agar tidak ada lagi praktek-praktek yang membuat masyarakat resah dan mengganggu Kamtibmas.
"Pemerintah harus mengevaluasi ijin Cafe yang ada di wilayah Lombok Barat, terutama yang ada di wilayah pariwisata Senggigi," tandasnya.
Sementara itu, menanggapi hal tersebut Ketua FKUB NTB Dr. Buya Subki Sasaki, angkat bicara. Ia menyampaikan bahwa, hal tersebut bisa berpeluang terjadi keresahan sosial, kerawanan sosial yang bisa menuju terganggunya stabilitas wilayah dan bisa menimbulkan pro kontra yang terjadi akibat adanya penari erotis atau porno aksi yang disediakan oleh salah satu Cafe atau Club malam pada ruangan khusus di wilayah Senggigi, yang tentu hal tersebut berlawanan dengan azas keagamaan, aturan serta undang-undang yang berlaku.
"Apa yang terjadi di salah satu Cafe atau Club malam itu sangat bertentangan dengan kearifan lokal kita," ujar Buya Subki.
Disampaikan Buya Subki, hal tersebut tentu sangat menciderai adat dan budaya yang selama ini sudah terpelihara dengan baik, terutama kearifan lokal yang menjadi rujukan dalam berbudaya.
Hal semacam ini bisa berakibat fatal dan merusak tatanan budaya di daerah NTB.
"Pertama, bisa mencoreng nama daerah kita. Kedua, bisa mencoreng citra daerah kita. Karena daerah kita di Lombok, baik itu Lombok Timur, Tengah, Barat, Mataram dan Utara itu merupakan satu kesatuan yang disebut dengan istilah Lombok pulau seribu Masjid, seribu tuan guru dan seribu budayawan," ujar Buya Subki.
Ia menegaskan, bila praktek semacam itu terjadi tentu banyak orang tidak akan percaya lagi dengan kearifan lokal yang ada di Lombok. Bila sudah tidak ada kepercayaan maka, sulit lagi membangun kepercayaan publik. Khususnya para pendatang atau wisatawan dari luar pulau Lombok yang ingin semata-mata berwisata di Lombok.
"Ini juga bisa berakibat pada contoh yang tidak baik untuk generasi kita ke depan seperti pada dunia pendidikan, pondok pesantren atau di non pondok pesantren baik sekolah Negeri maupun Swasta," terangnya.
Pemahaman akhlak serta etika menjadi pelajaran yang sangat penting disampaikan dalam sistim belajar mengajar di semua kalangan sekolah. Oleh karena itu, agar kelak kembali ke masyarakat bisa membawa cinta baik dan menerapkan ilmu-ilmu yang telah di dapat selama menempuh pendidikan di bangku sekolah.
"Saat ini kita sedang menggalakkan karakter para siswa yang sedang menempuh pendidikan. Sementara diluar sana terjadi sesuatu yang bisa merusak visi misi dari pendidikanyang sedang berjalan," bebernya.
Kemudian dia juga menyampaikan harus ada penegasan dari aparat khusunya pemerintah, karena dalam hal ini pemerintah yang memegang regulasi dan haru segera ditindaklanjuti.
"Bila ini dibiarkan, maka bisa menjalar ketempat lain," terangnya.
"Seperti kita ketahui sekarang banyak sekali Cafe-cafe ilegalyang beroperasi di wilayah Lombok Barat, bahkan tidak jarang mempekerjakan perempuan di bawah umur," lanjut Buya Subki.
Hal semacam ini dirinya meminta kepada pemerintah melalui dinas terkait bekerjasama dengan pihak Kepolisian harus segera bersikap dan menertibkan tempat hiburan malam yang berpotensi menimbulkan kerawanan sosial.
"Dari kaca mata FKUB, ini berpeluang menciptakan keresahan masyarakat, ketidaknyamanan dan bisa menjurus pada kerawanan sosial," pungkasnya.
Pewarta: Red
Editor: R7 - 01
Cafe Penyedia Penari Telanjang Mendapat Kecaman Dari Budayawan Lombok dan Ketua FKUB NTB
Redaksi
Font size:
12px
Baca juga:
0Komentar