Jakarta - Reportase7.com
PT. Amman Mineral Nusa Tengara (AMNT) terlalu abai dengan masyarakat lokal. Pengadaan barang dan jasa saja musti perusahaan luar yang kerjakan. Hatta mencontohkan pengadaan pasir PT BPM perusahaan dari Bali yang kerjakan sejak 2005.
“Apa tidak ada perusahaan lokal yang mampu suplai pasir ke AMNT?” tanya Hatta heran melalui saluran telepon, Kamis (18/7/2004).
Aktivis senior Nasional mantan anggota DPRRI ini mempertanyakan komitmen kepedulian perusahaan tambang emas terbesar kedua yang berada di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Bukan hanya itu, berdasar keluhan yang disampaikan kepadanya bahwa suplai ikan pun sama saja. Lokal tidak punya akses untuk masuk ke dalam.
“Terus, ikan sayur mayur dan lain2 ambil dari mana?,” tanyanya serius.
Lagi-lagi Hatta pertanyakan ada apa sebenarnya dengan manajemen perusahaan tersebut. Hatta yakin kebijakan pemilik dan pucuk pimpinan pasti menginginkan perusahaan mereka bersahabat dengan masyarakat lokal melalui kebijakan local content pengadaan barang dan jasa. Tapi boleh jadi di level pelaksana di bawah yang main.
Ia mencurigai ada mafia pengadaan barang dan jasa di dalam sehingga mementingkan kelompoknya saja. Hal ini sangat potensial menimbulkan gejolak dan ketidak percayaan masyarakat.
Menurut Hatta sebenarnya kalau perusahaan mau, panggil semua perusahaan lokal, ajak bank setempat untuk atasi masalah modal. Kalau sudah ada kerjasama dan kepastian pembayaran dari perusahaan bank tentu dengan suka hati membantu pembiayaan.
"Kepala daerah dan jajaran mustinya bisa memfasilitasi agar dampak eonomi dari belanja oprasional sehari-hari perusahaan dapat ngefek ke ekonomi lokal. Nyatanya tidak. Padahal belanja oprasional sekelas AMNT, pastinya besar," tutupnya.
Pewarta: Red
Editor: R7 - 01
0Komentar