BEM Unram Gelar Dialog Terbuka Tetonasi Pemimpin NTB 24-29, Bang Zul Soroti Renovasi Gedung Kantor Gubernur

Mataram - Reportase7.com

Badan Eksekutif Mahasiswa ( BEM ) Universitas Mataram kembali menggelar Dialog terbuka dengan Motto “Honest Conversation for Better NTB” yang diberi tajuk Mata NTB Episode 1, Denitasi Pemimpin NTB 2024-2029  Kamis, 22/8/24 bertempat di Gedung Dome Universitas Mataram.

Dialog ini di hadiri oleh bakal calon Gubernur 2024 Dr Zulkieflimansyah, Dr. L. Muhammad Iqbal dan Dr. Ir. H. Siti Rohmi Djalilah, Dr H Lalu Sajim Sastrawan SH, MH selaku Ketua Majelis Adat Sasak (MAS) yang diwakili Sekretaris Majelis Adat Sasak, Ahmad Junaidi, MA, PhD ( Dosen Tetap FKIP Unram), Prof. Atun Wardatun, M.Ag., PhD ( Ketua Yayasan La Rimpu) dan Herianto selaku Koordinator Pusat (Korpus) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM-SI) seluruh Indonesia.

Tujuan dari dialog ini adalah untuk mendekatkan para anak muda khususnya dengan Bakal Calon Gubernur NTB serta mengobrol banyak tentang paradigma, pandangan, sikap dan solusi yang ditawarkan untuk masyarakat Bumi Gora.

"Kegiatan ini untuk mengetahui visi misi para Calon Gubernur NTB untuk lima tahun kedepan karena hingga hari ini belum ada satu pun bakal calon ini yang benar-benar serius bahas nasib NTB kedepan," ujar anggota panitia Lalu Rosmawan.

Secara umum dialog ini bersifat lebih terbuka dan transparan untuk masyarakat dan mahasiswa sehingga dapat mengedukasi politik agar entitas cerdas dalam berpesta demokrasi.

Dalam dialog tersebut juga ada sesi game yang mempertanyakan renovasi Kantor Gubernur dan serentak tiga calon Gubernur menolak renovasi pembangunan kantor gubernur NTB.

Bang Zul, sapaan akrab Dr. H. Zulkieflimansyah mengungkapkan alasannya terhadap penolakan itu. Ia mengatakan alasannya masih sama dengan sebelumnya.

"Teman-teman pasti sudah tahu lah alasan saya," ujarnya kepada media.

Bang Zul menolak renovasi kantor Gubernur tersebut karena dinilai masih bagus. Apalagi bangunan itu baru selesai perbaikan.

"Ya kalau tentang rencana pemda sekarang memperbaiki kantor Gubernur ya, sebenarnya agak tanggung ya. Karena saya sendiri yang berkantor disana sudah bagus, baru direnovasi lagi," lanjut Bang Zul.

Ia pun menyayangkan penggunaan sebesar Rp40 miliar untuk perbaikan kantor Gubernur itu harus mengorbankan program lain seperti beasiswa. Padahal, program beasiswa memiliki dampak yang bagus untuk jangka panjang.

"Jadi kalau alasannya untuk renovasi Rp40 miliar kemudian mengorbankan program lain menurut saya punya impact yang sangat bagus buat jangka panjang seperti beasiswa ya sayang aja," tutupnya.

Namun menurut Iqbal, terkait renovasi kantor Gubernur dalam rangka penggunaan anggaran harus menggunakan skala prioritas. Yang jadi pertanyaannya adalah apakah itu prioritas?

"Semua itu harus pakai skala prioritas. Apakah tidak ada program lain yang lebih membutuhkan dana itu," tandasnya.

Pewarta: Red
Editor: R7 - 01