Rektor UIN Mataram Jadi Narasumber dalam Acara Dialog Lintas Agama Indonesia-Serbia di Beograd Serbia
Redaksi
Font size:
12px
MATARAM - REPORTASE 7
Rektor Universitas Islam Negeri Mataram (UIN Mataram), Prof Dr H Masnun Tahir, M.Ag, hadir sebagai salah satu narasumber dalam acara: “Fifth Bilateral Serbia-Indonesia Interfaith Dialogue, yang mengusung tema: With Dialogue to Peace.” yang diselenggarakan di Beograd Serbia, Pada tanggal 11-14 November.
Dalam acara tersebut Prof Masnun mengangkat tema: “The Role of Religious Leaders in Mediaton and Conflict Resolution at West Nusa Tenggara.” Menurutnya di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), tokoh agama memegang peran sentral dalam mediasi dan resolusi konflik, terutama dengan memperhatikan aspek keberagaman kultur yang ada di masyarakat.
”Lombok dikenal dengan keberagaman etnis dan agama, seperti suku Sasak, Sumbawa, Bima, Bali, dan Jawa, serta adanya perbedaan agama seperti Islam, Hindu, Buddha, Kristen (Protestan dan Katolik) dan juga Konghuchu,” jelas Rektor UIN.
Tokoh agama, lanjutnya, dengan pemahaman mendalam tentang ajaran agama masing-masing, sering menjadi mediator yang mampu menyeimbangkan kepentingan berbagai kelompok.
” Mereka memanfaatkan nilai-nilai ajaran agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, dan saling menghormati untuk meredakan ketegangan antar kelompok dan memfasilitasi dialog yang membangun rasa saling pengertian. Selain itu, tokoh agama di Lombok juga memainkan peran penting dalam memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga harmoni antar budaya,” papar Prof TGH Masnun Tahir.
Prof Masnun juga menjelaskan bahwa Mereka berusaha mempromosikan nilai-nilai keberagaman dalam konteks lokal, di mana perbedaan budaya dan agama bukanlah sumber konflik, melainkan kekayaan yang harus dihargai dan dilestarikan. Dengan pendekatan yang bijaksana dan inklusif, tokoh agama sering kali menjadi simbol perdamaian, mengajak masyarakat untuk melihat perbedaan sebagai bagian dari kekayaan budaya Lombok yang harus dijaga.
” Mereka juga turut berperan dalam menciptakan forum-dialog antar komunitas yang beragam, sehingga dapat mengurangi potensi konflik dan memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat Lombok yang multikultural, bahkan dalam konteks bencana tokoh agama terlibat aktif dalam penanggulangan bencana dimana donasi yang terkumpul bersumber dari berbagai komunitas agama,” tuturnya.
” Dalam konteks ini pola relasi antaragama di Lombok telah melampaui dari sekedar berdialog, atau berkerjasama namun telah menjalin ikatan yang lebih kuat melalui konsep filantropi antaragama,” tutup Prof Masnun.
Kegiatan tersebut dihadiri juga Delegasi Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) di bawah Pimpinan Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Muhamad Adib Abdusomad M.Ag, M.Ed, Ph.D dan Dr. H. Nurudin, S.Pd.,M.Si (Kepala Biro Organisasi Dan Tatalaksana Kemenag RI).
Kepala PKUB Adib Abdushomad mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi awal dari kolaborasi yang lebih luas dan membawa pesan moderasi beragama ke tingkat global Menurutnya inisiatif ini dapat mendorong lebih banyak dialog dan kerja sama antaragama di seluruh dunia, sehingga perdamaian yang berkelanjutan dapat terwujud.
“Interfaith dialogue ini sangat penting bagi kami, untuk mempromosikan dan menjadikan Indonesia sebagai referensi kerukunan beragama bagi dunia,” ujarnya dalam opening remarks-nya.
Adib juga menambahkan bahwa dialog antaragama dapat menjadi solusi untuk menghadapi berbagai tantangan global, termasuk ekstremisme dan intoleransi.
“Dialog ini bukan hanya tentang diskusi formal saja, kemudian selesai. Tapi terus berkelanjutan. Inilah yang kami lakukan di Indonesia, dan kami berharap dapat membagikan pengalaman toletansi beragama di sini, di Serbia,” tambahnya.
Acara yang menjadi wadah pertemuan antara pemuka agama dan tokoh masyarakat dari Indonesia dan Serbia ini bertujuan untuk memperkuat kerukunan lintas agama dan menggalang dialog untuk menciptakan perdamaian di tengah keberagaman. Para narasumber menyoroti pentingnya penguatan dalam menjaga toleransi beragama di ruang publik.
Sejumlah narasumber dari Indonesia berpartisipasi dalam dialog tersebut, antara lain Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama Muhammad Adib Abdushomad, Wakil Sekjen PBNU Safira Machrusah, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia Prof Jamhari Makruf, perwakilan Institut Agama Kristen Negeri Manado Dr Olivia Cherly Wuwung, perwakilan Sekolah Tinggi Agama Budha Negeri Sriwijaya Tangerang Dr Li Edi Ramawijaya Putra, perwakilan Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja Dr I Gde Suwindia, President OIC Youth Indonesia Astrid Nadya Rizgita, serta jurnalis SEA Today Anak Agung Ngurah Ariya.
Sementara narasumber dari Serbia adalah Patriarkh Serbia Yang Mulia Porfirije, komunitas Islam di Serbia, Kardinal Katolik Kota Beograd, Refromed Church in Serbia, Dekan Fakultas Teologi Orthodox-University of Belgrade, Dekan Fakultas Hukum University of Belgrade, serta seorang mahasiswa.
Pewarta: Hadi
Editor: R7-02
Baca juga:
0Komentar