Jakarta – Reportase7.com
Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) PP KAMMI menggelar diskusi bertajuk KAMMI Lestari dengan tema “Deforestasi dan Dampaknya terhadap Keanekaragaman Hayati," bertempat di Cafe Baca, Tebet, Selasa siang, 24/12/2024. Dihadiri oleh puluhan kader KAMMI dan umum yang fokus terhadap isu lingkungan.
Diskusi dihadiri oleh tiga narasumber, Ketua Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan (PGL) Kementerian Kehutanan, Ibu Luckmi Purwandari, perwakilan Jaringan Advokasi Tambang Nasional (JATAM), Lini Hema, serta Ketua Departemen Manajemen Kehutanan IPB, Dr. Soni Trison.
Furqon Ketua Bidang LHK PP KAMMI dalam sambutannya, menekankan bahwa generasi muda memiliki peran yang sangat penting dalam mengawal keadilan iklim dan keberlanjutan lingkungan. “Pasca COP29, Indonesia menghadapi tantangan besar untuk memaksimalkan potensi hutan sebagai sumber daya alam yang dapat mendukung kesejahteraan rakyat. Namun, tantangan ini tidak hanya berfokus pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada bagaimana kita memberdayakan generasi muda untuk terlibat aktif dalam upaya pelestarian hutan dan lingkungan,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, pemuda harus menjadi garda terdepan dalam mengedukasi masyarakat serta berperan dalam aksi nyata untuk melindungi alam, mengingat peran mereka yang sangat krusial dalam menciptakan perubahan jangka panjang. “Kami percaya bahwa dengan memberdayakan pemuda, kita dapat menciptakan perubahan yang berkelanjutan, karena mereka adalah penerus bangsa yang akan menghadapi dampak perubahan iklim di masa depan,” tutupnya.
Lini Hema dari JATAM sebagai narasumber pertama menyampaikan, bahwa industri ekstraktif terus berkembang pesat, baik pada masa pemerintahan Presiden Jokowi maupun di bawah Presiden Prabowo.
"Jatam menyoroti berbagai masalah yang muncul, seperti praktik ilegal dalam perizinan, perampasan lahan, pencemaran, kriminalisasi warga, dan tingginya angka kecelakaan kerja di sektor pertambangan. Hal ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah kabinet merah putih," ucapnya.
Sementara itu, Dr. Soni Trison, Ketua Departemen Manajemen Kehutanan IPB, mengingatkan bahwa pengelolaan hutan harus dilihat secara holistik, tidak hanya dari aspek pohon atau ekosistemnya saja.
Menurutnya, salah satu kunci utama keberhasilan pengelolaan hutan secara berkelanjutan terletak pada keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. "Mengelola hutan itu tidak hanya soal pohon, tetapi juga bagaimana kita mengelola sumber daya manusia yang ada di sekitarnya. Masyarakat sekitar hutan harus diberdayakan agar mereka merasa memiliki dan terlibat dalam upaya pelestarian hutan," tegas Dr. Soni.
Lebih lanjut, Dr. Soni menambahkan bahwa ilmu kehutanan harus terus berkembang untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks, terutama dalam pengelolaan yang lebih efektif dan berbasis pada keberlanjutan.
"Ilmu kehutanan itu dinamis, banyak hal yang terus berubah, baik dari sisi teknologi, kebijakan, maupun kondisi lapangan. Oleh karena itu, kita perlu terus mengupdate pendekatan dan metode kita dalam mengelola hutan agar lebih efektif dan adaptif dengan perkembangan zaman," ujarnya.
Selanjutnya dari Luckmi Purwandari, Ketua Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan (PGL) Kementerian Kehutanan, turut menyoroti tantangan besar yang dihadapi wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia, terkait perubahan iklim.
Luckmi mengungkapkan bahwa perubahan iklim menjadi isu krusial yang harus segera ditangani, karena dampaknya yang luas terhadap kehidupan masyarakat, ekonomi, dan lingkungan. “Perubahan iklim adalah ancaman yang nyata bagi keberlanjutan hidup kita, terutama di kawasan Asia Pasifik. Indonesia sebagai negara dengan kekayaan alam yang luar biasa harus mengambil langkah konkret untuk mengurangi dampak tersebut,” ujarnya.
Luckmi juga menekankan pentingnya peran generasi muda dalam menghadapi tantangan ini. Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor pemuda sangat diperlukan untuk mencapai target ambisius Indonesia menuju FOLU Net Sink 2030 (Forest and Other Land Use Net Sink 2030), yang bertujuan untuk mencapai penurunan emisi karbon melalui pelestarian dan rehabilitasi hutan.
“Generasi muda adalah agen perubahan. Kami percaya bahwa keberhasilan mencapai target *FOLU Net Sink 2030* tidak akan tercapai tanpa peran aktif mereka. Kami di PGL LHK siap bekerja sama dengan pemuda untuk mewujudkan Indonesia yang lebih lestari,” tambahnya.
Terakhir, Luckmi juga memberikan apresiasi terhadap langkah-langkah yang diambil oleh PP KAMMI dalam mendukung gerakan pelestarian lingkungan dan kehutanan. Ia menyatakan mendukung penuh gerakan yang diinisiasi oleh PP KAMMI dan berharap kerja sama ini dapat terus berkembang.
"Kolaborasi dengan generasi muda sangat penting untuk mendorong perubahan yang lebih besar dalam pelestarian hutan dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan," pungkasnya.
Pewarta: Red
Editor: R7 - 01
0Komentar